Rabu, 09 November 2011

tugas 2 (masakan gudeg)


PENDAHULUAN
     Seperti yang kita ketahui, di Indonesia ini terdapat kuliner-kuliner khas Indonesia yang beraneka ragam dan tidak sedikit diantaranya yang sudah mendunia.  Kuliner-kuliner Indonesia pun merupakan salah satu factor yang menarik para wisatawan untuk mengunjungi Indonesia.  Dalam artikel ini, kami akan membahas salah satu kuliner Indonesia yang cukup terkenal, yaitu Gudeg.
Siapa yang tidak mengenal Gudeg? Makanan khas dari Yogyakarta ini begitu moncer di jagad Indonesia, sebagai makanan khas rakyat Mataram. Bagi sebagian masyarakat asli Yogyakarta, terutama yang lahir sebelum era kemerdekaan, Gudeg ternyata telah menjadi makanan sehari-hari. Mereka menyebutnya sebagai lauk pauk yang berasal dari gori (nangka muda), rasanya manis dan gurih, karena tambahan bumbu arehnya (santan kental) dan ampas minyak kelapa (klendo) yang begitu lezat. Gudeg akan semakin menggairahkan jika ditambah lauk pauk seperti tahu, sambal krecek, dan daging ayam.
Gudeg, makanan khas jogja ini adalah salah satu makanan khas yang diminati oleh beberapa orang, rasanya yang khas dan manis membuat orang mudah ingat dengan makanan yang satu ini, gudeg adalah buah nangka muda (gori) direbus di atas tungku sekitar 100 derajat celcius selama 24 jam untuk menguapkan kuahnya. Sebagai lauk pelengkap, daging ayam kampung dan telur bebek dipindang yang kemudian direbus. Sedangkan rasa pedas merupakan paduan sayur tempe dan sambal krecek.
Gori atau nangka muda, adalah bahan baku utama gudeg yang lebih umum dikenal. Sebab di masa lalu, bahan baku ini sangat mudah diperoleh di kebun-kebun milik masyarakat Jogyakarta, dulu orang Jogya hanya mengenal satu jenis gudeg, yakni gudeg basah. Gudeg kering dikenal setelahnya, sekitar 57-an tahun dari saat sekarang ini. Hal ini setelah orang-orang dari luar Jogja mulai membawanya sebagai oleh-oleh. Keuntungannya, gudeg pun tumbuh sebagai home industry makanan tradisional di Jogja.


SEJARAH
Banyak wisatawan yang berkunjung ke Jogja dan rasanya kurang lengkap jika belum menyantap gudeg di tempat ini. Tidak hanya rasanya tapi juga kemasan gudeg atau oleh-oleh khas Jogja ini dikemas menarik dengan menggunakan ‘besek’ (tempat dari anyaman bambu) atau menggunakan ‘kendil’ (guci dari tanah liat yang dibakar). Melengkapi sajian nasi gudeg akan lebih pas disertai minuman teh gula batu. Dijamin Anda akan ketagihan.
Jika ditelusuri lebih mendalam, ternyata masyarakat yang telah berusia lanjut lebih mengenal Gudeg basah daripada Gudeg kering, seperti yang saat ini dijual sebagai oleh-oleh karena relatif lahan tahan lama. Sebagai makanan tradisional khas masyarakat Yogyakarta, Gudeg bukan berasal dari dalam lingkungan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Jadi, tidak seperti anggapan yang selama ini muncul di masyarakat umum yang belum mengetahui sejarah.
Pada masa lalu, bahan baku Gudeg, yaitu Gori atau Nangka muda sangat mudah diperoleh di kebun-kebun milik masyarakat Yogyakarta. Saat ini, kita mesti ke daerah perkampungan yang jauh dari kota, jika ingin mendapatkan Nangka muda. Selain Gori, ada pula bahan lain untuk membuat Gudeg, yaitu Manggar (pondoh kelapa). Ada pula Gudeg yang dibuat dari Rebung (anakan pohon bambu). Kedua bahan yang terakhir disebut itu sudah amat langka dibuat menjadi Gudeg.
Seperti dijelaskan di depan, masyarakat Yogyakarta, dahulu hanya mengenal Gudeg basah. Menurut beberapa kalangan, Gudeg kering baru dikenal setelahnya, sekitar enam dasawarsa yang lalu. Jadi, ada kemungkinan, munculnya Gudeg kering itu disebabkan oleh banyaknya masyarakat dari luar Yogyakarta yang mulai membawanya sebagai oleh-oleh. Munculnya Gudeg kering ini justru memberikan keuntungan tersendiri bagi masyarakat Yogyakarta, sebab segera bermunculan home industry makanan tradisional Yogyakarta, dan sebagai daya tarik pariwisata yang sangat menggiurkan.


Dalam beberapa cerita, Gudeg pertama kali muncul pada saat pasukan Sultan Agung kali pertama menyerbu Batavia, sekitar 1726-1728, yaitu sebagai bekal perang karena Gudeg tahan lama. Akan tetapi, tidak ditemukan literatur yang menyatakan demikian. Lagi pula, seperti yang dijelaskan di depan, masyarakat Yogyakarta (Mataram) dahulu belum mengenal Gudeg kering (besek atau kendil) yang tahan lama.
Sebagaimana tercatat dalam sejarah, penyerbuan pertama ke Batavia pada 1726-1728, pasukan Sultan Agung mengalami kekalahan. Penyebab kekalahan tersebut adalah kelaparan, banyak pasukan yang meninggal akibat kekurangan bekal makanan. Untuk menanggulangi masalah tersebut, pada penyerbuan kedua, pasukan Sultan Agung membuat daerah-daerah logistik, terutama beras, di kawasan Pantura. Sedangkan lauk pauknya adalah apa saja yang bisa dimasak di wilayah logistik tersebut. Jadi bukan membawa bekal lauk Gudeg.
Hingga saat ini, belum diketahui secara jelas tentang sejarah Gudeg. Hal ini tentu sama dengan sejarah awal mula munculnya kawasan masakan khas (Gudeg) di dekat lingkungan Kraton Yogyakarta (kawasan Benteng di Jalan Wijilan). Mungkin saja, apa yang dituturkan di depan sama sekali berbeda dengan yang sesungguhnya terjadi. Begitulah sejarah yang tak kita saksikan sendiri.








BAHAN-BAHAN PEMBUATAN GUDEG

Bahan:
  • 500 gram nangka muda merah
  • 50 gram daun singkong
  • 8 lembar daun jati
  • 5 buah cakar ayah
  • 500 ml santan dari ¼ butir kelapa
  • 3 lembar daun salam
  • 2 cm lengkuas
Bumbu halus:
  • 10 butir besar (+ 60 gram) bawang merah
  • 2 siung bawang putih
  • ½ sendok makan ketumbar
  • 1 sendok teh garam
  • 100 gram gula merah sisir
Areh:
  • 750 ml santan kental
  • 1 sendok teh garam

Cara Membuat:
Olesi pisau dengan minyak goreng. Kupas nangka dan bersihkan getahnya, lalu cacah kasar. Rebus daun singkong hingga setengah matang, tiriskan, peras airnya.  Tutup rata dasar panci dengan 6 lembar daun jati. Masukkan nangka muda dan cakar ayam ke dalam panci. Tuang santan cair, masukkan bumbu halus, daun salam, lengkuas dan daun singkong.
Tutup bagian atasnya dengan 2 lembar daun jati, lalu tutup panci. Masak dengan api sedang sampai mendidih, lalu kecilkan api. Masak + 6 jam atau sampai nangka berwarna kecokelat-cokelatan sambil sesekali di aduk. (jika suka, masak terus hingga gudeg kering sesuai selera).

Areh: campur garam dengan santan kental. Masak dengan api kecil + 30 menit hingga areh berminyak dan mengental. Yuang ke atas gudeg yang sudah matang.
Sajikan dengan sambal krecek, opor campur dan sambal terasi goreng.




KESIMPULAN
      Gudeg merupakan makanan khas daerah Yogyakarta yang sudah tidak asing lagi didengar oleh masyarakat Indonesia, yang kabarnya sudah mulai mendunia, contohnya Negara Malaysia dan Thailand.  Gudeg adalah makanan yang berbahan dasar nangka dengan bumbu - bumbu khas Indonesia yang bercita rasa manis.  Gudeg biasanya disajikan dengan telur, lalapan dan sambel.  Terdapat 2 jenis gudeg, yaitu gudeg basah dan gudeg kering.  Gudeg bisa dinikmati oleh semua kalangan di Indonesia, sehingga gudeg merupakan salah satu makanan khas Indonesia yang cukup digemari.








 Sumber :http://hudazoneeating-eating.blogspot.com/2010/05/gudeg.html



P29-10-11_14-30.jpgimage_0011.jpg



P29-10-11_14-27.jpgP29-10-11_14-28.jpg


Tidak ada komentar:

Posting Komentar